Rabu, 22 April 2015

Agar Remaja Kita Tak Salah Arah.

    Agar Remaja Kita Tak Salah Arah.

    Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh: KENAKALAN remaja yang merupakan ‘bentuk-bentuk penyimpangan norma-norma yang ada dalam masyarakat kita’ dapat dicegah dan atau diatasi dengan mengintrospeksi diri selaku orang tua serta sikap-sikap orang tua atau guru, antara lain sebagai berikut :

    1. Perhatian dan pemahaman yang baik tentang anak/remaja kita.

    Tahukah kita apa saja makanan dan minuman favoritnya? Apakah minat dan bakatnya ? Hal apa yang disukai dan yang kurang disukainya? Pernahkah kita menanyakan mata pelajaran apa yang kurang disukainya, dengan alasan apa, lantas bagaimana solusiny? Apa ide-idenya serta usulan saat akan mengikuti suatu acara, akan berlibur atau trip, bagaimana perasaannya menjalani hari-hari di sekolah dan di klub-klub olahrganya? Dan lain-lain, perhatian-perhatian kecil itu bermakna besar dan memiliki kesan positif dalam diri anak-anak kita. Anak merasa disayangi, maka ia memiliki motivasi untuk lebih giat belajar. Tetaplah peluk dan rengkuh dia saat mengutarakan permasalahan, tunjukkan bahwa sentuhan kasih sayang orang tua tiada berkurang kepadanya saat ia menginjak usia remaja.

    2. Mengajak melakukan perbaikan bersama-sama, memotivasi diri bersama anak-anak, bukan memerintah atau menyuruh semata. Jadi di setiap moment, selalu ada rasa senang dan tenang melakukan aktivitas kebaikan, kebersamaan orang tua dan anak menyebabkan hubungan selalu mesra dan akrab di sepanjang usia, insya Allah.

    3. Mendengarkan dengan penuh empati. Tidak buru-buru ‘mengadili’ sebuah sikap atau prilaku sang anak di suatu momen tertentu. Ketika ia menceritakan kekesalan atas ulah sahabat, atau gurunya, atau teman-teman sekelasnya, pancing agar ia terus berdiskusi dan menemukan solusi dari ‘benang-benang permasalahan’ itu, supaya anak jadi lebih percaya diri, mandiri, serta merasakan sikap penghargaan dan kasih sayang dari orang tuanya. Percayai anak saat ia menyimpulkan dan memilih sikap atas sebuah problema yang telah didiskusikannya.

    4. Keteladanan dari orang tua. Pihak-pihak terkait juga membawa efek bagi prilaku anak-anak. Anak yang keras dan kasar, kebanyakan dikarenakan ia hidup dengan orang tua yang kasar pula, bahkan bisa jadi berada di lingkungan masyarakat dengan budaya yang kasar. Maka, selaku orang tua muslim, ajak anak-anak untuk bersama meneladani baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Beri pengertian mengenai pegangan hidup nan sempurna yaitu kalamullah (al-Quran) dan Sunnah (hadits) Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, orang tua dan guru bisa keliru, kita bisa salah, namun kemudian selanjutnya bisa memperbaiki diri dan saling memaafkan serta mengambil hikmah atas kesalahan-kesalahan yang telah lalu.

    5. Orang tua berusaha senantiasa berbenah diri atas kekeliruan yang dilakukan (tidak terbuai dengan kejadian yang telah terjadi, semisal remaja mereka berada dalam suatu problema narkoba atau sejenisnya), teruskan usaha optimal dan kian dekat kepada Allah azza wa jalla, supaya tetap bersama-sama anak mewujudkan keluarga komunikatif, sakinah, harmonis dan nyaman tenteram anggota-anggota di dalamnya.

    6. Sesama orang tua dan guru serta para tokoh masyarakat selalu bekerja sama mengawasi perkembangan remaja di sekitar kita. Janganlah mudah emosi ketika ada tetangga yang mengkritik karena anak anda berduaan di danau yang sepi dengan lawan jenisnya, misal hal seperti itu terjadi. Dahulu, para orang tua berterima kasih sekali dengan ‘laporan-laporan’ dari tetangga, atau guru di sekolah jika ada prilaku menyimpang pada anak-anak remajanya. Bukan untuk dijadikan bahan gossip atau ejekan, melainkan dengan pengamatan dan pengawasan ini, justru tanda kepedulian kita semua untuk selalu menjaga anak-anak kita, menjauhkan mereka dari perjalanan yang salah arah.

    7. Anak-anak remaja kita harus selalu diingatkan dengan penuh kesabaran, mereka diarahkan dalam pemilihan komunitas atau klub-klub hobi dan bakatnya. Mereka diarahkan tentang hal mana yang benar dalam aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta hal mana yang dapat memicu amarah atau murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Dan lagi-lagi, ingatkan bahwa orang tua pun pernah keliru dan lupa, bisa saja masa lalu ortu memiliki sikap prilaku menyimpang atau kenakalan remaja, namun hal penting adalah orang tua sudah berubah menjadi pribadi yang lebih baik, memperbaiki hubungan dengan Sang Maha Pencipta. “Semua orang tua pasti menginginkan anak-anak mereka jauh lebih maju, lebih berprestasi dan berjaya, dibandingkan orang tuanya…” maka yakinkan kepada anak-anak, ‘orang tua tidak mengizinkan menyetir mobil karena anak belum punya SIM’ adalah lebih baik dibandingkan ‘berbohong untuk membuat SIM di saat usia belum 17 tahun’.
    Orang tua sadar bahwa nilai anak ‘pas-pas-an’ namun jujur dalam ujian adalah lebih baik dari pada membeli ‘kunci jawaban’ atas soal ujian. Yakinkan bahwa nilai prestasi dan kejayaan itu terletak pada proses mempertahankan nilai kebenaran, saat berada dalam kejujuran seperti contoh kasus tersebut. Sungguh menyedihkan jika orang tua mendukung anak-anaknya ‘berjualan aurat, menari-nari di hadapan orang ramai’, sedangkan hati yang jujur pasti mengatakan bahwa hal itu adalah pelanggaran kepada rambu-rambu Sang Khaliq.

    (Sumber: @bidadari_azzam, 2014)

    In Shaa Allah, keluarga shakinah akan melahirkan generasi yang kuat. Mencetak generasi khairu ummah.

    Wassalam.