Sabtu, 08 November 2014

MENCARI KEBAHAGIAAN



Alkisah, ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah ke hamparan air telaga. Dia sudah berkelana mendatangi berbagai tempat, tapi belum ada yang membahagiakan dirinya. Tiba-tiba terdengar suara sengau memecah kesunyian.
“Sedang apa kau di sini, anak muda?” tanya seorang kakek yang tinggal di sekitar situ.
Anak muda itu menoleh sambil berkata. ”Aku lelah, Pak Tua. Aku sudah berjalan sejauh ini demi mencari kebahagiaan, tapi perasaan itu tak kunjung kudapatkan. Entahlah, ke mana lagi aku harus mencari…” keluh si anak muda dengan wajah muram.
“Di depan sana ada sebuah taman. Pergilah ke sana dan tangkaplah seekor kupu-kupu. Setelah itu aku akan menjawab pertanyaanmu,” kata si kakek. Meski merasa ragu, anak muda itu pergi juga ke arah yang ditunjuk. Tiba di sana, dia takjub melihat taman yang indah dengan pohon dan bunga yang bermekaran serta kupu-kupu yang beterbangan di sana.
Dari kejauhan di kakek melihat si pemuda mengendap-endap menuju sasarannya. Hap! Sasaran itu luput. Dikejarnya kupu-kupu ke arah lain. Hap! Lagi-lagi gagal. Dia berlari tak beraturan, menerjang rerumputan, tanaman bunga, semak. Tapi, tak satu pun kupu-kupu berhasil ditangkapnya.
Si kakek mendekat dan menghentikan si pemuda. ”Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Sibuk berlari ke sana kemari, menabrak tak tentu arah, bahkan menerobos tanpa peduli apa yang kamu rusak?”
Si kakek dengan tegas dan melanjutkan, ”Nak, mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Tidak perlu kau tangkap fisik kupu-kupu itu, biarkan dia memenuhi alam semesta ini sesuai fungsinya. Tangkaplah keindahan warna dan geraknya di pikiranmu dan simpan baik-baik di dalam hatimu.
Demikian pula dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bukanlah benda yang dapat digenggam dan disimpan di suatu tempat. Ia tidak ke mana-mana, tapi ada dimana-mana. Peliharalah sebaik-baiknya, munculkan setiap saat dengan rasa syukur maka tanpa kau sadari kebahagiaan itu akan sering datang sendiri. Apakah kamu mengerti?”
Si pemuda terpana dan tiba-tiba wajahnya tampak senang. ”Terima kasih pak Tua. Sungguh pelajaran yang sangat berharga. Aku akan pulang dan membawa kebahagiaan ini di hatiku..”
Kakek itu mengangkat tangannya. Tak lama, seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari dan mengepakkan sayapnya, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
NOTE:Setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Tetapi sering kali mereka begitu sibuk mencarinya, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya tidak kemana-mana tetapi justru ada di mana-mana. Kebahagiaan bisa hadir di setiap tempat, di semua rasa, dan tentunya setiap hati yang selalu mensyukuri.


Sabtu, 01 November 2014

Kasih Sayang seorang Ibu.....



Assalamualaikum semua…
post ni merupakan satu cerita yang agak sedih..ya..kasih ibu amat besar..lebih besar daripada segalanya, lebih berharga daripada nilai gaji yang kita perolehi..tetapi mengapa kita perlu jadi sedemikian rupa…bacalah dengan teliti cerita ini…hergailah mereka selagi kita masih punyai…

Pada suatu hari, seorang pemuda yang bernama Faizal terlibat dalam kemalangan. Dia dilanggar oleh sebuah teksi di sebatang jalan raya.
Akibat daripada kemalangan itu dia cedera parah. Kepalanya luka, tangannya patah dan perutnya terburai. Setelah dibawa ke Rumah Sakit, dokter mendapati keadaannya terlalu parah dan  tidak ada harapan lagi untuk hidup. Ibunya, Jamilah segera dihubungi dan diberitahu tentang kecelakaan yang menimpa anaknya.
Hampir pingsan Jamilah mendengar berita tentang anaknya itu. Dia segera bergegas ke Rumah Sakit tempat anaknya dirawat, .Berlinang air mata ibu melihat keadaan anaknya. Walaupun telah diberitahu bahawa anaknya sudah tiada harapan lagi untuk diselamatkan, Jamilah tetap tidak henti-henti berdoa dan bermohon kepada Allah agar anaknya itu selamat.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, keadaan Faizal tidak banyak berubah. Setiap hari Jamilah akan datang menjenguk anaknya itu tanpa jemu. Setiap malam pula Jamilah bangun untuk menunaikan solat malam bertahajjud kepada Allah memohon keselamatan anaknya. Dalam keheningan malam, sambil berlinangan air mata, Jamilah merintih meminta agar anaknya disembuhkan oleh Allah.

Ini adalah antara doa Jamilah untuk anaknya itu ;
”Ya Allah ya Tuhanku, kasihanilah aku dan kasihanilah anak ku. Susah payah aku membesarkannya, dengan susu aku yang Engkau kurniakan kepadaku, aku suapkan ke dalam mulutnya. Ya Allah, aku pasrah dengan apa saja keputusan-Mu! Aku ridho dengan qada’ dan qadar Mu yaa Allah.”
”Yaa Allah, dengan air mataku ini, aku bermohon kepadaMu, Engkau sembuhkanlah anakku dan janganlah Engkau cabut nyawanya. Aku sangat sayang kepadanya. Aku sangat rindu kepadanya. Susah rasanya bagiku untuk hidup tanpa anakku ini. Terngiang-ngiang suaranya kedengaran di telingaku memanggil-manggil aku ibunya.”
“Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan hanya Engkau saja. Tunjukkanlah kuasa Mu ya Allah. Aku rida kalau anggota badanku dapat didonorkan kepadanya agar dengannya dia dapat hidup sempurna kembali.”
“Ya Allah, aku ridho nyawaku Engkau ambil sebagai ganti asalkan Engkau hidupkan anak kesayanganku. Engkaulah yang Maha segala hal, berkat kebesaran Mu ya Allah, terimalah doaku ini….aamiin”.
Keyakinan Jamilah terhadap kuasa Ilahi sangat kuat walaupun tubuh badan anaknya hancur cedera dan dikatakan sudah tiada ada harapan lagi untuk hidup. Namun, Allah benar-benar mahu menunjukkan kebesaran dan kekuasaanNya.
Setelah 5 bulan terlantar, akhirnya Faizal menampakkan tanda-tanda kesembuhan dan akhirnya dia sembuh sepenuhnya. Berkat doa seorang ibu yang ikhlas.
Faizal dapat meneruskan hidupnya hingga berumahtangga dan beranak-pinak. Ibunya, Jamilah semakin hari semakin tua dan uzur.
Suatu hari, Jamilah yang berusia hampir 75 tahun jatuh sakit dan dimasukkan ke Rumah Sakit. Pada mulanya, Faizal masih melawat dan menjaga ibunya di sana. Tetapi semakin hari semakin jarang dia datang menjenguk ibunya hinggalah pada suatu hari pihak rumah sakit menghubunginya untuk memberitahu keadaan ibunya yang semakin buruk.
Faizal segera bergegas ke Rumah sakit. Di situ, Faizal dapati keadaan ibunya semakin lemah. Nafas ibunya turun naik. Dokter memberitahu bahawa ibunya sudah tidak  lama lagi untuk hidup. Ibunya akan menghembuskan nafasnya yang terakhir pada kapan saja.
Melihat keadaan ibunya yang sedemikian dan kononnya beranggapan ibunya sedang terseksa, lantas Faizal terus menadah tangan dan berdoa seperti ini;
“ Yaa Allah, seandainya mati lebih baik untuk ibu, maka Engkau matikanlah ibuku! Aku tidak sanggup melihat penderitaannya. Yaa Allah, aku akan ridho dengan pemergiannya…Aamin.”

Begitulah bedanya doa ibu terhadap anak dan doa anak terhadap orang tuanya. Apabila anak sakit, walau sejauh mana sekalipun, walau badan hancur sekalipun, walau anak tinggal nyawa-nyawa ikan sekalipun, namun ibu bapak akan tetap mendoakan semoga anaknya diselamatkan dan dipanjangkan umur.
Tetapi anak-anak yang dikatakan ‘baik’ pada hari ini akan mendoakan agar ibu atau bapaknya yang sakit agar segera diambil oleh ALLAH, padahal ibu bapak itu baru saja sakit. Mereka meminta pada Allah agar segera mematikan ibu atau bapaknya kerana kononnya sudah tidak tahan melihat ‘penderitaan’ ibu bapanya.

Anda bagaimana? Apa doa anda untuk ibu bapa anda?

Wassalamu'alaikum Wr Wb.